April 2014

4/10/2014

Waspada! Penyakit Otak yang Menyebabkan Orang Sulit Berbicara




Dari sekian banyak jenis penyakit yang menyerang otak, ada beberapa jenis penyakit yang tidak dapat disembuhkan, salah satunya afasia. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan sebab belum ada obatnya. Penderitanya mengandalkan terapi saja di mana hal itu tidak dapat memberikan jaminan kesembuhan.

Deskripsi

Seperti dilansir Mayo Clinic, Kamis (22/8/2013), afasia (aphasia) adalah sebuah sindrom pada sistem saraf (neurologis) yang merusak kemampuan bahasa. Memori otak mereka mengalami kecacatan. Orang yang menderita penyakit ini akan mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan sulit memahami serta menemukan kata-kata saat berkomunikasi. Tentunya, hal ini akan menimbulkan masalah pada hidup penderitanya. Sebab, komunikasi adalah salah satu hal penting dalam kehidupan. Biasanya penyakit ini akan terjadi secara tiba-tiba setelah Anda mengalami stroke atau cedera pada kepala. 

Penyakit ini juga akan berkembang secara bertahap dan memungkinkan pengidapnya menjadi bisu. Selain itu, pengidapnya juga mungkin dapat mengidap penyakit demensia. Para pengidap afasia juga akan mengembangkan masalah pada perilaku. Mereka akan berubah menjadi pribadi yang cemas dan sering marah.

Afasia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Nonfluent aphasia

Jenis afsia ini akan terjadi bila ada kerusakan pada jaringan bahasa yang letaknya di dekat daerah frontal otak bagian kiri. Ketika berkomunikasi, orang yang yang mengalami penyakit ini akan menggunakan kalimat yang tidak lengkap. Namun, biasanya, pendengar masih bisa memahami maksud dari pesan yang disampaikan olehnya. Pengidap jenis aphasia ini juga mampu memahami apa yang orang lain katakan, namun tidak sesempurna seperti orang pada umumnya. Selain itu, pengidapnya juga mungkin akan mengalami kelumpuhan pada tubuh mereka, khususnya tubuh sisi kanan.

2. Fluent aphasia

Jenis penyakit ini disebut juga dengan istilah wernicke aphasia. Hal ini dapat terjadi akibat jaringan bahasa yang terletak di sisi kiri tengah otak mengalami kerusakan. Namun, orang yang mengalami jenis aphasia ini dapat berbicara dengan lancar. Umumnya, penderita akan menggunakan kalimat yang panjang, kompleks, dan seringkali tidak masuk akal. Sebab, kata-kata yang digunakan kurang dapat dipahami oleh orang lain. Pengidapnya biasanya juga tidak dapat memahami bahasa lisan dengan baik.

3. Global aphasia

Jenis aphasia ini akan terjadi bila jaringan bahasa pada otak sudah mengalami kerusakan yang parah dan meluas. Para penderitanya akan mengalami kecacatan yang tergolong berat dalam hal memahami dan berekspresi.

Gejala

Antara satu orang dengan orang lain akan mengalami perbedaan dalam hal tanda dan gejala yang dialami. Tanda dan gejala yang muncul tergantung pada bagian mana dari pusat bahasa di otak yang mengalami masalah atau kerusakan. Umunya, gejala dan tanda yang akan dialami oleh para pengidapnya adalah dalam hal penggunaan bahasa. Berikut beberapa jenis gejala yang dapat ditimbulkan dari penyakit afasia:
  • Sering mengucapkan kata-kata yang tidak dikenali
  • Sulit memahami pembicaraan orang lain
  • Sering menafsirkan bahasa kiasan harafiah
  • Hanya mengucapkan kalimat pendek dan tidak lengkap ketika berbicara
  • Sering menggunakan kalimat-kalimat yang tidak masuk akal ketika berbicara ataupun menulis
Tanda dan gejala yang timbul dari tiap jenis penyakit afasia juga mungkin akan berbeda.

Penyebab

Umumnya, penyakit afasia timbul akibat lobus frontal dan temporal yang ada dalam otak, khususnya pada sisi kiri otak, mengalami penyusutan (atrofi). Hal ini akan mempengaruhi pusat bahasa yang ada dalam otak. Jaringan parut dan protein yang abnormal juga dapat terjadi. Selain itu, penyakit afasia juga dapat muncul akibat otak mengalami kerusakan karena cedera pada kepala, penyakit stroke, tumor, infeksi, penyumbatan, dan pecahnya pembuluh darah di otak. Akibatnya, suplai darah pada otak akan terganggu dan menyebabkan sel otak mati. Selain itu, area bahasa yang ada pada otak juga akan mengalami kerusakan. Tak hanya itu saja, ada beberapa faktor lain yang dapat menjadi faktor penyebab timbulnya penyakit afasia, yakni:

1. Mutasi gen tertentu

Mutasi gen langka telah dikaitkan dengan penyakit afasia. Jika ada dari keluarga Anda yang menderita penyakit ini, Anda lebih mungkin untuk mengembangkan dan juga mengalaminya.

2. Penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan belajar

Orang yang mengalami masalah memori, misalnya tidak mampu belajar akibat penyakit tertentu, terutama disleksia, akan berisiko lebih tinggi mengalami penyakit afasia. Sebab, hal itu juga mempengaruhi daerah bahasa dalam otak.

Pengobatan

Penyakit afasia tidak dapat disembuhkan. Obat untuk jenis penyakit ini juga belum ditemukan. Satu-satunya pengobatan untuk penyakit afasia adalah dengan melakukan terapi wicara. Jenis terapi ini dilakukan untuk memulihkan keterampilan bahasa dari para pengidapnya. Biasanya, saat melakukan jenis terapi ini, Anda akan dibimbing oleh seorang ahli patologi wicara-bahasa. Namun, pemulihan ini akan menghabiskan waktu yang cukup lama. Tapi sudah ada banyak orang yang mengalami kemajuan yang signifikan setelah melakukan jenis terapi ini. Namun, sebelum Anda melakukan jenis terapi ini, Anda harus memeriksakan diri ke dokter. Biasanya dokter akan melakukan beberapa jenis pemeriksaan untuk memastikan apakah Anda mengidap penyakit afasia atau tidak. Berikut jenis-jenis pemeriksaan untuk penyakit afasia:

1. Tes genetik

Awalnya, dokter pasti akan meminta Anda untuk melakukan jenis tes ini. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah Anda memiliki mutasi genetik yang terkait dengan penyakit afasia atau kondisi neurologis lainnya.

2. Tes darah

Dokter mungkin akan meminta Anda untuk melakukan tes darah guna memeriksa infeksi sekaligus memberikan bantuan dalam menentukan jenis obat dan dosis obat.

3. Tes pencitraan

Tes pencitraan ini dilakukan untuk melihat kondisi otak Anda (scan otak). Dokter akan memberikan pilihan jenis tes pencitraan, seperti computerized tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI). Hal ini dapat membantu dokter dalam usaha mengidentifikasi apa yang menyebabkan afasia, mendeteksi daerah-daerah dalam otak yang menyusut, sekaligus menunjukkan daerah dari otak yang sudah dan akan terpengaruh. Namun, single-photon emission computerized tomography (PET) juga dapat dilakukan untuk melihat alirah darah atau kelainan metabolisme glukosa pada area di otak Anda.

Selain melakukan ketiga jenis pemeriksaan di atas, dokter biasanya juga akan melakukan tes dan observasi informal untuk menilai kemampuan bahasa Anda. Anda mungkin akan disuruh melakukan pidato kemudian dokter akan mengukur hasil pidato Anda, baik dari segi pemahaman bahasa, keterampilan, penamaan benda, ingatan, dan faktor lainnya.


Sumber - Liputan6

Mati Suri, Teknik Baru Penyelamatan Manusia


Bagi pasien kritis akibat luka tusuk atau tembak yang biasanya berakibat fatal

VivaNews - Kedengarannya mungkin seperti dalam sebuah adegan di film fiksi, Star Wars. Tapi ini nyata. Dokter di Amerika Serikat tengah mempersiapkan sebuah penyelamatan bagi mereka yang kritis untuk tetap hidup. Caranya; dengan mati suri.

Ini dilakukan bagi pasien kritis akibat luka tusuk atau tembak yang biasanya berakibat fatal. 

Ahli bedah di Rumah Sakit Presbyterian UPMC, di Pittsburgh, akan mendinginkan pasien sehingga sel-sel darah hanya membutuhkan oksigen lebih sedikit agar tetap hidup. Sementara tubuh dalam keadaan beku, tim dokter akan bekerja memperbaiki bagian yang 'rusak' karena pisau atau peluru. 

Prosedur ini akan mengingatkan Anda dengan yang terjadi pada Hans Solo di film Star Wars. Semuanya hampir sama. Darah pasien diganti dengan larutan garam dingin, yang akan membuat tubuh dengan cepat turun ke suhu 10 celcius dan seluruh aktivitas selular akan berhenti. 

"Kami tidak suka menyebutnya mati suri. Kami lebih suka menyebutnya dengan pelestarian darurat dan resusitasi," ujar Samuel Tisherman, ahli bedah di rumah sakit itu. 

Peter Rhee dari University of Arizona menambahkan, prosedur ini hanya dapat dilakukan pada pasien yang masih memiliki kemungkinan untuk hidup, meski kondisinya kritis. Tapi jika dia dibawa ke rumah sakit dalam keadaan sudah meninggal dunia selama dua jam, maka tidak akan dapat diselamatkan. 

Cara ini dipilih karena saat tubuh berada dalam temperatur normal, sel akan membutuhkan pasokan oksigen yang lebih kuat. Artinya, jika jantung berhenti berdetak maka ia akan meninggal dengan cepat.

Tapi jika suhu tubuhnya berkurang, pasokan oksigen yang dibutuhkan juga lebih sedikit. Dan ini dapat dimanfaatkan oleh para dokter untuk menyelamatkan pasien. 

Sebelumnya, pendingan tubuh memang sudah sering digunakan dalam beberapa operasi, yaitu dengan melibatkan sirkulasi darah melalui sistem pendingin. Tapi, ini bukan pilihan dalam pengobatan darurat karena membutuhkan waktu lama. Karena itu, dokter harus mencari metode pendingin tubuh yang jauh lebih cepat. 

Pada 2002, peneliti di University of Michigan menguji teknik baru pada hewan. Kali ini babi yang dipilih. Mereka dibius lalu kehilangan darah dalam jumlah banyak dan diganti dengan larutan garam dingin.

Setelah babi didinginkan hingga suhu 10 celcius, luka mereka diperbaiki dan mereka dihangatkan kembali. Para peneliti mencatat pada sebagian besar babi yang diselamatkan, hatinya akan berfungsi kembali secara alami dan tidak menderita efek buruk dalam jangka panjang. Larutan garam pun kembali digantikan dengan darah mereka. 

Kini, para petugas medis siap mencoba teknik itu pada manusia. Hanya saja mereka membutuhkan pasien yang tepat. Ia harus seseorang yang fungsi hatinya telah berhenti bekerja karena cedera dan sulit difungsikan lagi dengan teknik tradisional.

Suhu tubuh mereka akan berkurang hanya dalam 15 menit. Selama itu, mereka tidak akan memiliki darah dalam sistem tubuh, tidak bernapas atau memiliki aktivitas otak apapun. Secara teknis bisa dikatakan meninggal dunia. Kemudian, dokter memperbaiki bagian yang rusak dan menghidupkan mereka kembali secara alami. 

Ini Dia Makanan yang Sebaiknya Dijauhkan dari Aluminium Foil


Mengapa makanan-makanan yang mengandung asam tidak cocok dibungkus dengan alumunium foil? (Gambar: gnowfglins.com)




SainsMe - Alumunium foil, siapa yang tidak mengenal benda ini. Ya, alumunium foil sering digunakan sebagai pembungkus dan pelapis berbagai makanan, baik saat mengolah maupun menyimpannya. Kamu tentu sering menjumpainya dalam berbagai makanan. Eh, tapi ternyata alumunium foil itu tidak bisa digunakan untuk semua makanan lho. Ada beberapa jenis makanan yang tidak bisa akur dengan alumunium foil. Jenis makanan tersebut adalah makanan yang mengandung asam cukup banyak. Lho, kok bisa?

Pernahkah kamu menempatkan makanan asam di atas alumunium foil cukup lama, lalu muncul lubang-lubang kecil di kertas alumunium foil tersebut? Kenapa bisa begitu? Yang terjadi adalah sebagian kecil dari kandungan alumunium di dalam alumunium foil tersebut ikut masuk ke dalam makanan yang mengandung asam itu.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Alumunium termasuk salah satu logam aktif. Logam aktif ini jika bertemu dengan asam akan bereaksi. Hasilnya, sebagian molekul dari alumunium tersebut akan ikut terangkut ke dalam makanan tersebut. Akibatnya, makanan akan sedikit menjadi berasa logam. Hasil dari reaksi ini juga dapat membentuk bintik-bintik putih pada makanan tersebut. Bintik-bintik tersebut sesungguhnya adalah garam hasil reaksi alumunium dengan asam tersebut.

Lantas apakah adanya kandungan alumunium dalam makanan ini berbahaya? Alumunium bukanlah mineral yang dibutuhkan oleh tubuh kita dalam jumlah yang banyak. Jika tubuh kita terlalu banyak menerima alumunium, dikhawatirkan akan berpengaruh bagi organ-organ tubuh kita. Hmm, ngeri juga ya. Kalau begitu, mulai sekarang sebisa mungkin kurangilah menyimpan makanan yang mengandung asam seperti saus tomat, jeruk, atau cuka menggunakan alumunium foil.

Benarkah Biji Buah-Buahan yang Tertelan Bisa Tumbuh di Dalam Perut?



Apa benar biji-bijian yang tertelan bisa tumbuh di dalam perut?

SainsMe - Waktu masih kecil, barangkali kamu punya pengalaman secara tidak sengaja menelan biji buah yang kecil seperti buah jeruk atau buah semangka saat sedang memakan buah tersebut. Kemudian ada orang dewasa yang bilang biji-biji yang tertelan tersebut dapat tumbuh di dalam perut. Tapi, tentu saja itu cuma bercanda. Apa alasannya biji buah tak dapat tumbuh dalam tubuh kita?

Kalau kita melemparkan biji buah ke halaman rumah, kemungkinan biji itu akan tumbuh menjadi pohon karena tanah tempat dilemparkan biji tadi memang memiliki kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tersebut. Sementara itu, biji yang tertelan akan masuk ke dalam lambung. Di dalam lambung terdapat suatu senyawa asam bernama asam klorida. Asam klorida atau asam lambung ini berfungsi sebagai pelindung bagi tubuh kita. Bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh dapat dirusak oleh asam ini. Asam klorida juga dapat berfungsi sebagai antiseptik karena bakteri yang tidak tahan asam akan mati terkena asam lambung. Kalau kita muntah, kita merasakan asam di mulut kita, itulah asam lambung yang berasal dari lambung kita.

Zat asam ini akan menghancurkan biji-biji yang tertelan bersama makanan. Suasana asam yang tinggi tidak cocok bagi pertumbuhan biji-biji buah yang ditelan. sehingga biji-biji itu tak pernah tumbuh dalam perut kita. Biji-biji tersebut akan hancur dan dibuang bersama sisa makanan kita nantinya.

Alasan Orang Keranjingan Update Status


Mengapa orang selalu ingin update status di jejaring sosial?




SainsMe - Akun jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan kawan-kawannya kini seperti sudah merupakan sesuatu yang wajib dimiliki seseorang sebagai identitas layaknya alamat rumah atau nomor telepon. Setiap hari pengguna media sosial tersebut terus bertambah. Tak hanya remaja, orang dewasa pun juga menggunakan situs jejaring sosial. Tampaknya sebagian besar orang suka menulis status untuk mengabarkan pada dunia apa yang ada di pikirannya atau apa yang sedang mereka lakukan. Sebenarnya mengapa manusia suka melakukannya?

Kalau dipikir-pikir, sebenarnya sekadar menulis status mengabarkan sedang makan dimana dengan siapa kemudian dilampiri foto tidak memberikan manfaat yang jelas. Namun, ada orang-orang yang sangat suka update status, bahkan keranjingan Facebook atau Twitter. Berdasarkan penelitian terakhir, kecenderungan seseorang menceritakan dirinya sendiri mempengaruhi pelepasan senyawa kimia di otak yang memberikan perasaan menyenangkan. Para ilmuwan dari Harvard University melakukan serangkaian percobaan untuk mengetahui seberapa banyak orang suka membicarakan diri sendiri dan mengapa mereka melakukannya.

Para peneliti memindai otak manusia yang sedang menceritakan informasi pribadi tentang dirinya atau ketika menilai kepribadian orang lain. Dalam eksperimen lain, para peneliti menguji apakah orang lebih suka menjawab pertanyaan tentang dirinya sendiri, orang lain, atau fakta yang bersifat netral. Peserta penelitian mendapat tingkat kompensasi yang berbeda, tergantung pertanyaan yang dipilih. Jika mereka mau menjawab pertanyaan seputar diri sendiri, jumlah uang yang ditawarkan relatif kecil. Jika mereka menjawab pertanyaan tentang orang lain atau objek lain, nilai uang yang diberikan lebih besar. Ternyata mereka rela melepaskan 17-25% uang yang dapat diterima hanya untuk menjawab pertanyaan tentang diri sendiri.

Kedua studi tersebut menghasilkan kesimpulan yang sama, yaitu manusia mendapatkan dorongan biokimia ketika menceritakan dirinya sendiri. Penelitian itu menemukan bahwa secara rata-rata manusia menghabiskan 40% percakapannya untuk membicarakan diri sendiri. Dalam studi ini juga ditemukan bahwa orang sangat senang jika mengetahui orang lain mendengarkannya. Lebih dari setengah abad sebelum para peneliti ini mengungkapkan kenyataan itu, Dale Carnegie telah menunjukkan fakta yang sama. Dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, Dale menunjukkan bahwa kebutuhan manusia untuk didengarkan setara dengan kebutuhan pada makanan, kesehatan, tempat tinggal, dan seks.