Februari 2014

2/15/2014

Alasan Orang Mudah Marah Saat Lapar


Rasa lapar dapat menyebabkan penderitaan. Tidak hanya menahan rasa nyeri di perut dan perasaan tidak nyaman, seseorang yang lapar lebih mungkin untuk marah dan tersulut emosinya. Mengapa bisa begitu? Inilah penjelasannya.

Dilansir dari situs Livestrong, rasa lapar yang dibiarkan dalam jangka waktu panjang akan membuat kadar gula darah terganggu. Saat asupan gula darah atau glukosa ke otak berkurang, maka otak akan kekurangan sumber energi untuk mengontrol emosi seseorang. Akibatnya, seseorang jadi mudah tersinggung dan mudah marah, bahkan marah tanpa alasan.

Rasa lapar juga membuat hormon serotonin menjadi rendah. Hormon tersebut adalah hormon yang mengontrol suasana hati (membuat rasa bahagia), keinginan untuk makan dan tidur. Jika hormon ini berkurang, jelas saja seseorang akan lebih murung dan sekali lagi, mudah marah.

Lalu bagaimana caranya agar kita tidak mudah lapar, padahal jam makan masih lama. Anda bisa mengonsumsi bahan alami yang membuat rasa kenyang dan menyehatkan:

Pisang
Tidak sulit menyediakan pisang di meja kerja atau di rumah. Buah yang satu ini juga praktis, mudah mengupasnya dan enak. Pisang akan membuat tubuh merasa kenyang lebih lama dan dapat meningkatkan hormon serotonin.

Jus Jeruk Manis
Selain segar, jus jeruk manis akan membuat seseorang lebih tenang. Jika jeruk yang Anda beli kurang manis, Anda bisa menambahkan sedikit gula atau madu.

Sumber - Vemale

Kortisol - si Hormon Ajaib


Dari sekian banyak hormon yang bekerja pada tubuh, terdapat sebuah hormon yang bernama kortisol. Hormon kortisol adalah hormon yang memiliki multifungsi. Hormon kortisol bekerja dalam tubuh manusia untuk melawan rasa sakit, luka, infeksi, kepanasan, kedinginan, alergi, kekurangan oksigen, lapar, dan melawan faktor-faktor yang meningkatkan suhu tubuh.

Apabila adrenalin menyiapkan seseorang pada saat bahaya, maka kortisol akan menyiapkan tubuh manusia terhadap apa yang mungkin terjadi setelah bahaya berlalu. Misalnya, kortisol menggerakkan asam amino agar bekerja jika ada luka. Pada saat luka terjadi, asam-asam amino ini adalah bahan dasar yang akan digunakan dalam pemulihan jaringan.

Alasan mengapa sebagian orang tak merasakan sakit saat terluka (dan bahkan selama beberapa waktu setelahnya). Rasa sakit disampaikan oleh sel-sel syaraf, sel-sel yang menghasilkan kortisol mengeluarkan mekanisme yang memperlambat, dan separuh menghentikan isyarat- isyarat listrik sel-sel syaraf.

Sel-sel tubuh dan otak mendapat cukup makanan, semua sel membutuhkan pasokan gula.

Saat seseorang lapar, jika tidak ada sari makanan yang dapat diubah menjadi gula, maka jumlah gula di dalam darah akan menurun. Pada keadaan seperti ini, hormon kortisol akan bekerja. Kortisol memastikan pengubahan lemak dan protein cadangan menjadi gula, demi mempertahankan gula darah pada batas aman.

Lemak dan protein akan diubah menjadi gula oleh kortisol. Untuk mengubah satu zat menjadi zat lain berarti harus mengubah seluruh susunan molekul. Di dalam sel-sel tubuh ada kilang-kilang yang menjalankan perubahan ini melalui suatu proses yang rumit. Hormon kortisol membantu dalam tahap-tahap proses perubahan.

Kortisol mencegah cairan memasuki sel saat tidak dibutuhkan. Jadi, kortisol membantu menjaga kemantapan volume darah.

Pengaruh lain adalah hormon kortisol pada saat demam tinggi. Kenaikan suhu tubuh manusia adalah tanda bahwa tubuh sedang melawan penyakit. Kenaikan suhu ini mengharuskan seseorang beristirahat dan tidur. Kenaikan suhu ini bukanlah pengaruh sampingan penyakit; demam adalah persiapan pengamanan yang diatur khusus untuk memaksa orang yang sedang melawan penyakit agar beristirahat. Kenaikan suhu disebabkan oleh “pusat suhu” di dalam otak, yang diaktifkan oleh zat bernama IL-1 (interleukin).

Kortisol juga dirancang untuk menangani suhu tubuh yang terlalu tinggi. Saat seseorang dalam bahaya kematian karena tingginya suhu tubuh, kortisol menurunkan suhu dengan menghambat produksi IL-1.

Sumber - Kompasiana