Motivatif dan Inspiratif

Tampilkan postingan dengan label Motivatif dan Inspiratif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivatif dan Inspiratif. Tampilkan semua postingan

11/15/2012

Orang Bodoh vs Orang Pintar







Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya berbisnis…
Agar bisnisnya berhasil, tentu dia harus rekrut orang pintar.
Walhasil boss-nya orang pintar adalah orang bodoh.

Orang bodoh sering melakukan kesalahan,
maka dia rekrut orang pintar yang
tidak pernah salah untuk memperbaiki yang salah.
Walhasil orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk keperluan orang bodoh.

Orang pintar belajar untuk mendapatkan ijazah untuk selanjutnya
mencari kerja. Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang untuk
membayari proposal yang diajukan orang pintar.

Orang bodoh tidak bisa membuat teks pidato,
maka dia menyuruh orang pintar untuk membuatnya.

Orang bodoh kayaknya susah untuk lulus sekolah hukum (SH).
oleh karena itu orang bodoh memerintahkan orang pintar
untuk membuat undang-undangnya orang bodoh.

Orang bodoh biasanya jago cuap-cuap jual omongan,
sementara itu orang pintar percaya.
Tapi selanjutnya orang pintar menyesal karena telah mempercayai orang bodoh.
Tapi toh saat itu orang bodoh sudah ada di atas.

Orang bodoh berpikir pendek untuk memutuskan sesuatu yang dipikirkan
panjang-panjang oleh orang pintar. Walhasil orang orang pintar menjadi
staf-nya orang bodoh.

Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan,
dia PHK orang-orang pintar yang berkerja.
Tapi orang-orang pintar DEMO. Walhasil orang-orang pintar
‘meratap-ratap’ kepada orang bodoh agar tetap diberikan pekerjaan.

Tapi saat bisnis orang bodoh maju, orang pinter akan menghabiskan waktu
untuk bekerja keras dengan hati senang, sementara orang bodoh menghabiskan
waktu untuk bersenang-senang dengan keluarganya.

Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa di jadikan duit.
Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan perkerjaan.

Bill gate (Microsoft), Dell, Hendri (Ford),
Thomas Alfa Edison, Tommy Suharto, Liem Siu Liong (BCA group).
Adalah contoh orang-orang yang tidak pernah dapat S1), tapi kemudian menjadi kaya.
Ribuan orang-orang pintar bekerja untuk mereka.
Dan puluhan ribu jiwa keluarga orang pintar bergantung pada orang bodoh.

PERTANYAAN :
Mendingan jadi orang pinter atau orang bodoh??
Pinteran mana antara orang pinter atau orang bodoh ???
Mana yang lebih mulia antara orang pinter atau orang bodoh??
Mana yang lebih susah, orang pinter atau orang bodoh??

KESIMPULAN:
Jangan lama-lama jadi orang pinter,
lama-lama tidak sadar bahwa dirinya telah dibodohi oleh orang bodoh.

Jadilah orang bodoh yang pinter dari pada jadi orang pinter yang bodoh.
Kata kunci nya adalah ‘resiko’ dan ‘berusaha’,
karena orang bodoh perpikir pendek maka dia bilang resikonya kecil,
selanjutnya dia berusaha agar resiko betul-betul kecil.
Orang pinter berpikir panjang maka dia bilang resikonya besar untuk
selanjutnya dia tidak akan berusaha mengambil resiko tersebut.
Dan mengabdi pada orang bodoh…

Diamanakah posisi anda saat ini…
Berhentilah meratapi keadaan anda yang sekarang…

Ini hanya sebuah Refleksi dari semua Retorika dan Dinamika kehidupan.
Semua Pilihan dan Keputusan ada ditangan anda untuk merubahnya,
Lalu perhatikan apa yang terjadi…



by Mario Teguh



Sumber - InfoCopas

8/16/2012

Kisah Nyata : Pramugari Koma di Mekah



Kisah ini dikutip dari sebuah catatan facebook, sengaja menulis kembali cerita ini dengan maksud ingin menyebarkan kisah kebesaran Allah yang maha dahsyat ! Mudah-mudahan kita menjadi umat yang diselamatkan Allah. Aamiin.

Selama hampir sembilan tahun menetap di Mekah sambil menguruskan jemaah haji dan umrah, saya telah melalui berbagai pengalaman menarik dan yang pahit. Bagaimana pun, dalam banyaknya peristiwa yang saya alami, ada satu kejadian yang tidak akan pernah saya bisa lupakan. Kisah ini terjadi kepada seorang wanita yang berusia di pertengahan 30-an pada saat saya mengurus satu rombongan haji.


Setibanya wanita tersebut dan rombongan haji di Lapangan Terbang Jeddah kami sambut dengan sebuah bus. Semuanya terlihat riang sebab ini adalah pertama kalinya mereka melaksanakan haji. Setelah itu saya membawa mereka menaiki bas dan dari situ, kami menuju ke Madinah.


Alhamdulillah, segalanya berjalan lancar hingga kami sampai di Madinah. Tiba di Madinah, semua orang turun dari bus. Turunlah mereka satu persatu sampai tiba pada giliran wanita tersebut. Tanpa sebab yang jelas tiba-tiba wanita itu jatuh tidak sadarkan diri, yang secara langsung setelah menginjak bumi Madinah.


Sebagai orang yang dipertanggungja

wabkan mengurus jemaah itu, saya pun bergegas menuju ke arah wanita tersebut. “Jemaah ini sakit” kata saya pada jemaah-jemaah yang lain.
Suasana yang tadinya tenang serta merta bertukar menjadi cemas dan semua jemaah terlihat panik atas kejadian ini.

“Badan dia panas dan menggigil. Jemaah ini tak sadarkan diri, cepat tolong saya…kita bawa dia ke rumah sakit” kata saya. Tanpa membuang waktu, kami mengangkat wanita tersebut dan membawanya ke rumah sakit Madinah yang terletak tidak jauh dari situ. Sementara itu, jemaah yang lain diantar ke tempat penginapan masing-masing. Sampai di rumah sakit Madinah, wanita itu masih belum sadarkan diri. Berbagai usaha dilakukan oleh dokter untuk memulihkannya, namun semuanya gagal.


Sementara itu, tugas mengurus jemaah perlu saya teruskan. Saya terpaksa meninggalkan wanita tersebut di rumah sakit. Namun dalam kesibukan menguruskan jemaah, saya menghubungi rumah sakit Madinah untuk mengetahui perkembangan wanita tersebut. Namun, saya diberi kabar bahwa dia masih tidak sadarkan diri. Selepas dua hari, wanita itu masih juga tidak sedarkan diri. Saya makin cemas, maklumlah, itu adalah pengalaman pertama saya berhadapan dengan situasi seperti itu.


Semua usaha untuk memulihkannya gagal, maka wanita itu dibawa ke rumah sakit Abdul Aziz Jeddah untuk mendapatkan perawatan lanjut sebab rumah sakit di Jeddah lebih lengkap kemudahannya dibandingkan rumah sakit Madinah. Namun usaha untuk memulihkannya masih tidak berhasil. Jadwal Haji harus diteruskan. Kami berangkat ke Mekah untuk mengerjakan ibadah haji. Selesai haji, saya langsung pergi ke Jeddah. Malangnya, sampai rumah sakit Abdul Aziz, saya diberitahu oleh dokter bahawa wanita tersebut masih koma. Bagaimanapun, kata doktor, keadaannya stabil. Melihat keadaannya itu, saya ambil keputusan untuk menunggunya di rumah sakit.


Setelah dua hari menunggu, akhirnya wanita itu membuka matanya. Dari sudut matanya yang terbuka sedikit itu, dia memandang ke arah saya dan terus memeluk saya dengan erat sambil menangis terisak-isak. Ketika itu saya sangat bingung, Saya bertanya kepada wanita tersebut,


“Kenapa kamu menangis?”


“Ustazah….saya taubat Ustazah. Saya menyesal, saya takkan berbuat lagi hal-hal yang tidak baik. Saya bertaubat, betul-betul bertaubat.”


“Kenapa kamu tiba-tiba ingin bertaubat?” tanya saya masih dalam keadaan bingung. Wanita itu terus menangis terisak-isak tanpa menjawab pertanyaan saya itu. Tidak lama kemudian dia bersuara, menceritakan kepada saya mengapa dia berkelakuan demikian, cerita yang bagi saya perlu diambil hikmahnya oleh kita semua.

Katanya, “Ustazah, saya ini sudah berumah tangga, menikah dengan lelaki orang kulit putih. Tapi saya salah. Saya ini cuma Islam pada nama dan keturunan saja. Saya tak pernah mengerjakan ibadah. Saya tidak sholat, tidak puasa, semua amalan ibadah saya dan suami tidak pernah saya kerjakan, rumah saya penuh dengan botol minuman.

Dengan suara tersekat-sekat,

wanita itu menceritakan, “Ustazah…Allah itu Maha Besar, Maha Agung, Maha Kaya. Semasa koma , saya telah diazab dengan siksaan yang benar-benar pedih atas segala kesalahan yang telah saya buat selama ini.

“Betulkah?” tanya saya terkejut. “Betul Ustazah. Selama koma itu saya telah ditunjukkan oleh Allah tentang balasan yang Allah beri kepada saya. Balasan azab Ustazah, bukan balasan syurga.

Saya rasa seperti diazab di neraka. Saya ini seumur hidup tak pernah pakai jilbab. Sebagai balasan, rambut saya ditarik dengan bara api. Sakitnya tidak bisa saya ceritakan dengan kata-kata.

Menjerit-jerit saya minta ampun minta maaf kepada Allah.” “Bukan itu saja, buah dada saya pun diikat dan dijepit dengan penjepit yang dibuat daripada bara api, kemudian ditarik ke sana-sini…putus
, jatuh ke dalam api neraka.

Buah dada saya hancur terbakar, panasnya bukan main. Saya menjerit, menangis kesakitan. Saya masukkan tangan ke dalam api itu dan saya ambil buah dada itu kembali .”


Tanpa mempedulikan pasien lain, suster pun memerhatikannya
wanita itu terus bercerita. Menurutnya lagi, setiap hari dia disiksa, tanpa henti, 24 jam sehari. Dia tidak diberi waktu untuk beristirahat atau dilepaskan dari hukuman, sepanjang masa koma itu di laluinya dengan azab yang amat pedih.

Dengan suara terbata-bata, dengan berlinangan air mata, wanita itu meneruskan ceritanya, “Hari ke hari saya disiksa. Bila rambut saya ditarik dengan bara api, sakitnya terasa seperti kulit kepala yang ikut terlepas. Panasnya juga menyebabkan otak saya terasa seperti menggelegak.


Azab itu pedih…pedih yang amat sangat…tidak bisa saya ungkapkan. Sambil bercerita, wanita itu terus meraung, menangis terisak-isak. Terlihat dia betul-betul menyesal atas semua kesalahannya. Saya pun termenung, kaget dan menggigil mendengar ceritanya. Sangat pedih balasan Allah kepada umatnya yang ingkar.


“Ustazah… buat saya, Islam hanya nama saja, tapi saya minum alkohol, saya main judi dan segala macam dosa besar. Karena saya suka makan dan minum apa yang diharamkan Allah, semasa tidak sadarkan diri itu saya telah diberi makan buah-buahan yang berduri tajam.


Buah yang tak berisi melainkan hanya duri-duri saja, tapi saya sangat ingin memakannya, karena saya benar-benar merasa lapar.

“Bila ditelan buah-buah itu, duri-durinya menusuk kerongkongan saya dan bila sampai ke perut terasa menusuk perut saya. Sedangkan jari yang tertusuk jarum pun terasa sakitnya.

Setelah buah-buah duri itu habis, saya diberi makan berupa bara-bara api. Pada saat saya masukkan bara api itu ke dalam mulut, seluruh badan saya rasanya seperti terbakar hangus. Panasnya cuma Allah saja yang tahu. Api yang ada di dunia ini tidak akan sama dengan kepanasannya. Setelah memakan bara api itu, saya meminta minuman, tapi…saya dihidangkan dengan minuman yang dibuat dari nanah. Baunya cukup busuk, saya terpaksa meminumnya sebab saya sangat merasa haus. Semua terpaksa saya lalui, tak pernah saya alami sepanjang hidup di dunia ini.”


Saya terus mendengar cerita wanita itu dengan tekun. Sangat terasa kebesaran Allah. “Semasa diazab itu, saya merayu memohon kepada Allah supaya diberikan nyawa sekali lagi, berilah saya peluang untuk hidup sekali lagi. Tak berhenti saya memohon. Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan saya. Saya berjanji tidak akan ingkar atas perintah Allah dan akan jadi umat yg soleh. Saya berjanji kalau saya dihidupkan kembali, saya akan perbaiki segala kekurangan dan kesalahan saya dahulu, saya akan mengaji, akan sholat, akan puasa yang selama ini saya tinggalkan.”


Saya termenung mendengar cerita wanita itu. Benarlah, Allah itu Maha Agung dan Maha Berkuasa. Kita manusia ini tak akan terlepas dari balasanNya. Kalau baik amalan kita maka baiklah balasan yang akan kita terima, kalau buruk amalan kita, maka azablah kita di akhirat kelak.


Alhamdulillah, wanita itu telah menyaksikan sendiri kebenaran Allah. “Ini bukan mimpi ustazah. Kalau mimpi azabnya tidak akan terasa sampai sepedih ini. Saya bertaubat Ustazah, saya tak akan ulangi lagi kesalahan saya. Saya bertaubat… saya taubat Nasuha,” katanya sambil menangis-nangis
. Sejak itu wanita tersebut benar-benar berubah. Bila saya membawanya ke Mekah, dia menjadi jemaah yang paling khusuk.

Amal ibadahnya tak pernah berhenti. Contohnya, kalau wanita itu pergi ke masjid pada waktu maghrib, dia hanya akan balik kehotelnya selepas sholat subuh. “Kenapa melakukan ibadah sampai tidak ingat waktu. kamu juga harus menjaga kesehatan. Pulanglah setelah sholat Isya, makan nasi atau istirahatlah sejenak…” tegur saya.


“Tidak apa-apa Ustazah. saya membawa buah kurma. saya memakannya disaat saya merasa lapar.” Menurut wanita itu, sepanjang berada di dalam Masjidil Haram, dia ingin membayar sholat yang ditinggalkannya
dahulu.

Selain itu dia berdoa, mohon kepada Allah supaya mengampunkan dosanya. Saya kasihan melihatkan keadaan wanita itu, takut karena ibadah dan tekanan perasaan yang keterlaluan dia akan jatuh sakit. Jadi saya menasihatkan supaya tidak beribadah keterlaluan hingga mengabaikan kesehatannya.


“Tidak boleh Ustazah. Saya takut…saya sudah merasakan pedihnya azab Tuhan. Ustazah tidak merasa, Ustazah tidak mengetahui rasanya. Kalau Ustaz sudah merasakan azab itu, Ustazah juga akan menjadi seperti saya. Saya betul- betul bertaubat.”


Wanita itu juga berpesan kepada saya, katanya, “Ustazah, kalau ada perempuan Islam yang tak pakai jilbab, Ustazah ingatkanlah pada mereka, pakailah jilbab. Cukuplah saya saja yang merasakan siksaan itu, saya tidak mau ada wanita lain yang merasakan hal seperti yang saya sudah rasakan. Semasa diazab, saya melihat larangan-larang
an Allah, salah satunya adalah setiap sehelai rambut wanita Islam yang sengaja diperlihatkan kepada lelaki yang bukan mahromnya, maka dia diberikan satu dosa. Kalau ada 10 lelaki yang bukan mahrom melihat sehelai rambut saya ini, maka saya mendapatkan 10 dosa.”

“Tapi Ustazah, rambut saya ini banyak jumlahnya, beribu-ribu. Kalau seorang melihat rambut saya, itu berarti beribu-ribu dosa yang saya dapat. “Saya berniat, sepulang saya dari haji ini, saya minta tolong dari ustazah supaya mau mengajarkan suami saya sholat, puasa, mengaji, dan mengerjakan semua ibadah. Saya ingin mengajak suami pergi haji. Seperti saya, suami saya itu Islam pada nama saja. Tapi itu semua adalah kesalahan saya. Saya sudah membawa dia masuk Islam, tapi saya tidak membimbing dia. Bukan itu saja, sayalah yang menjadi seperti orang yang bukan Islam.”


Sejak kembali dari haji itu, saya tidak mendegar cerita tentang wanita tersebut. Bagaimana pun, saya percaya dia sudah menjadi wanita yang benar-benar solehah. Adakah dia berbohong kepada saya tentang ceritanya diazab semasa koma? Tidak. Saya percaya dia berkata benar. Jika dia berbohong, kenapa dia berubah dan bertaubat Nasuha? Satu lagi, cobalah bandingkan azab yang diterimanya itu dengan azab yang digambarkan oleh Allah dan Nabi dalam Al-Quran dan hadish. Adakah ia berbohong ?


Benar, apa yang terjadi itu memang kita tidak dapat membuktikannya secara saintifik, tapi bukankah soal dosa dan pahala, syurga dan neraka itu perkara ghaib?

Janganlah bila kita sudah meninggal dunia, bila kita sudah diazab barulah kita mau percaya bahwa “Oh… memang betul apa yang Allah dan Rasul katakan. Aku menyesal…” Itu sudah terlambat. Raihlah 5 peluang sebelum datang 5 rintangan, Kaya sebelum miskin, Senang sebelum susah, Sehat sebelum sakit, Muda sebelum tua dan waktu Hidup sebelum mati
Walahualam Bisawab, Semoga kisah ini membawa kita menjadi umat yang lebih mengerti bahwa dunia bukanlah tempat terakhir, masih ada akhirat, masih ada alam lain yang sudah menanti kita sebagai mana dituliskan dalam Al Qur’an. Semoga kita menjadi umat yang senantiasa beribadah kepada Allah.



8/11/2012

Kisah Cinta Sejati Phang & Yin


Di Kamboja ada sepasang suami istri yang dikenalkan oleh seorang teman. Kedua orang ini terlihat sangat romantis, berpegangan tangan pada waktu berbincang-bincang, saling curi pandang satu dengan lainnya, dan masih sering saling senyum. Hal itu tentu saja menakjubkan dan menjadi tanda tanya mengingat pasangan tersebut bukan remaja lagi, usianya sudah enam puluh tahun lebih. Setelah beberapa lama mengenal mereka, ternyata mereka punya cerita yang sangat panjang dan berliku-liku. Ada kah yang punya kisah hidup seperti ini? Berikut ceritanya kami tulis ulang dengan gaya bahasa “saya” , tetapi karena panjang kisahnya, terpaksa kami ringkas dengan tidak menghilangkan maknanya.
***
Nama saya Phang, saya pertama kali melihat istri saya pada waktu saya masih 18 tahun. Ayah saya pejuang yang berpindah-pindah tugas sejak perang Indocina di Kamboja tahun 1950-an, pada akhir 1970-an kami sekeluarga ditempatkan di Siem Reap di mana saya satu kampung dengan Yin, istri saya. Saya tidak pernah kenal dengan dia walau satu kampung, tetapi saya sering melihatnya sore-sore di depan rumah. Dia waktu itu masih berusia 10 tahun, delapan tahun lebih muda dari saya.
Setelah itu saya tidak pernah melihatnya lagi karena keluarga saya pindah ke kota lain, dan pindah lagi, dan pindah lagi. Sebelum pindah dari Siem Reap, tetangga-tetangga sempat memanggil juru foto dan mengajak keluarga saya foto bersama, foto itu selalu dibawa oleh ayah saya dan ditaruh di ruang tamu setiap kali kami pindah rumah. Dari foto itulah saya selalu ingat Yin, wanita cilik bermuka pucat yang teduh matanya. Dia terlihat kurus di foto itu dengan rambutnya yang dipotong cepak karena kutuan.
Di usia saya menjelang 30 tahun saya bekerja sebagai tukang pos. Tugas saya mengantar surat setiap hari di utara kota Phnom Penh. Saya tergolong pekerja keras tetapi suatu pagi, di saat hujan deras sekali, saya malas keluar rumah. Ayah saya berkata saat itu :
“Kamu tidak pernah tahu apa isi tumpukan surat itu. Mungkin ada kabar sukacita, mungkin ada duka, mungkin ada juga yang tidak dapat ditunda sehari pun.”
Kalimat itu membangunkan saya, akhirnya saya putuskan jalan dan mengantar semua surat-surat itu di tengah hujan deras dan gemuruh guntur. Surat terakhir yang saya kirim hari itu masih disertai hujan, padahal hari sudah sore jam 3-an. Saya basah kuyub tetapi hati saya lega. Saat keluar dari kantor itu setelah mengirim suratnya, sekelibat saya melihat di balik jendela ada wajah yang saya kenal. Yin! Dia sudah berubah, rambutnya panjang sebahu, badannya gemukan, pakai kaca mata tetapi saya masih mengenalinya. Saya ingin menyapanya tapi saya tidak tahu bagaimana caranya. Setelah beberapa lama saya memutuskan untuk pulang tanpa bilang halo.
Semalaman saya teringat dia, tetapi saya masih tetap tidak tahu bagaimana cara menyapanya. Saya berpikir terlalu lama sehingga baru seminggu kemudian saya punya cara menyapa Yin. Saya datang ke kantor itu lagi dan saya berpikir untuk minta ijin menemui Yin. Tetapi… saya terlambat! Ternyata Yin tidak lagi bekerja di situ, hari saya melihat dia adalah hari terakhir dia di sana. Yin keluar karena dia harus ikut keluarganya pindah ke Hanoi, Vietnam, karena ayahnya mendapat tugas di sana.
Saya sangat kecewa dan menyesal.
***
Beberapa tahun kemudian saya diterima kerja di sebuah perusahaan logistik, saya mendapat posisi bagus sebagai manager yang mengurusi pengiriman barang dari satu kota ke kota lain. Saat itu saya memiliki seorang kekasih dan punya rencana untuk menikah. Kemudian suatu pagi ketika saya bertugas di Siem Reap, saya tidak sengaja berpapasan dengan Yin di sebuah gedung pemerintah. Saya kaget dan tertegun melihat dia, dan saya rasa dia pun demikian. Bodohnya, saya tidak menyapanya! Saya ragu-ragu karena saya bersama seorang relasi dan dia bersama beberapa orang teman.
Pertemuan singkat itu benar-benar membuat saya bergejolak! Saya bertanya-tanya apakah dia mengenali saya? Apakah dia ingat saya? Saya membodoh-bodohkan diri saya, mengapa saya tidak menyapanya! Tetapi saya juga berusaha menghibur diri, itu tadi bukan Yin, Yin kan sudah pindah ke Vietnam. Pikiran tentang Yin tidak pernah hilang. Saya sempat ceritakan ke kekasih saya dan dia berang karena cemburu.
Beberapa bulan setelah kejadian itu saya mendapat masalah mendadak dan harus pergi ke Siem Reap. Di tengah kekalutan pekerjaan, saya sedang berjalan di sisi jalan ketika melihat Yin di jendela sebuah bis jurusan luar kota. Saya melihatnya dan melambai-lambaikan tangan. Dia pun melambaikan tangan seperti mengenal saya. Saya berusaha mengejarnya tetapi bis itu terlalu cepat pergi dan saya kehilangan kesempatan bertemu dia. Kejadian itu sungguh membuat hati saya bergetar, saya merasa saya jatuh cinta. Benar-benar jatuh cinta.
Gara-gara peristiwa itu saya memutuskan hubungan dengan kekasih saya, saya merasa tidak bisa menikah dengannya selama saya masih terus memikirkan Yin. Tidak adil buat dia. Orang tua saya sangat kecewa dengan sikap saya dan menganggap saya membuang kesempatan terbaik di dalam hidup saya.
***
“ I’ve fallen in love many times… always with you – Anonymous
Sepuluh tahun berlalu, saya tidak pernah melihat Yin. Setiap hari ingatan saya akan dia membuat hati saya tertutup untuk orang lain. Usia saya sudah 40 tahun lebih dan semua orang mengira saya tidak menikah karena saya patah hati ditinggal kekasih saya dulu. Mereka tidak ada yang tahu kalau di hati saya cuma ada Yin. Sering saya mencoba mencari Yin, dari buku telepon sampai saya datangi kampung saya dulu untuk tanya di mana keberadaan keluarga Yin. Ada yang bilang pindah ke Hanoi, ada yang bilang di Phnom Penh, semua serba simpang siur.
Di ulang tahun saya yang ke 48, saya melihat iklan baris di surat kabar. Ada seorang Yin mencari  surat-surat yang hilang dan meminta yang menemukannya untuk mengirimkan ke Hanoi dan akan diberi imbalan. Saya tidak berpikir panjang, ini pasti Yin saya! Saya berangkat ke Hanoi beberapa hari kemudian dan menemui Yin. Sayangnya dia bukan Yin yang saya cari. Yin lain, bukan Yin saya. Teman-teman saya sudah menasihati lebih baik telepon dulu sebelum berangkat tetapi saya tidak tahu bagaimana memulai pembicaraan di telepon dan saya terlalu yakin kalau itu pasti Yin yang saya cari. Surat kabar itu sampai sekarang masih saya simpan sebagai kenang-kenangan.
Tetapi semua itu tidak sia-sia. Dari ide iklan baris itu, saya memasang iklan di koran Hanoi : iklan saya singkat : Yin yang dari Siem Reap, hubungi Phang. Saya memasang iklan itu 3 kali tetapi tidak ada orang yang menghubungi saya. Kali yang keempat, saya memutuskan untuk mencoba pasang iklan di koran Phnom Penh, tidak lagi di Hanoi. Dalam perjalanan ke agen iklan saya dikejutkan oleh Yin. Saya ketemu dia di jalan! Dia keluar dari taxi yang hendak saya tumpangi.
“Yin, ini aku! Kamu tahu siapa aku?” begitu kata-kata saya pertama kali.
Jodoh di tangan Tuhan, ternyata Yin sangat mengenal saya. Bahkan di pertemuan saat itu, dia mengeluarkan foto dari masa kecil kami, foto dengan para tetangga di Siem Reap. Dia sudah jatuh cinta dengan saya sejak dia masih 10 tahun. Katanya dia sering melihat saya tetapi takut untuk menyapa karena dia masih kecil dan saya terlihat sangat dewasa. Dan yang lebih menggembirakan lagi, ia belum menikah!
***
Pertemuan itu adalah awal hubungan percintaan kami. Ternyata Yin selama itu tinggal di Hanoi, meski pernah ia pernah bertugas beberapa bulan di Siem Reap. Dia bekerja di perusahaan Vietnam yang punya cabang di Kamboja. Karena itu kami bertemu setiap beberapa bulan sekali dan merencanakan untuk segera menikah.
Tetapi perjalanan kasih kami tidak mulus, ayah Yin harus menjalani transplantasi jantung dan harus dibawa ke Canada. Yin harus pindah ke sana bersama-sama dengan keluarganya dan kami hanya bisa berhubungan lewat email dan chat. Lima tahun Yin di sana sampai ayahnya meninggal, kemudian balik ke Hanoi. Hanya sekali saya mengunjunginya di Toronto, Canada, itupun dengan menghabiskan semua tabungan yang saya kumpulkan bertahun-tahun. Sebenarnya saya ingin segera menikahinya tetapi keluarga Yin belum mengijinkan kami karena ayahnya yang sedang sakit. Mereka percaya bahwa tidak tepat menikah di saat salah satu anggota keluarga dekat sakit keras.
Sepulang Yin dari Toronto, usia saya sudah 55 tahun. Saya tidak berpikir panjang, saya akan segera menikahinya. Sekali lagi perjalanan kasih kami tidak mulus, dalam perjalanan ke Hanoi untuk melamar Yin dengan kedua orang tua saya, ayah saya terkena stroke dan meninggal di perjalanan. Kami sangat terpukul dengan kejadian itu, dan lebih-lebih beberapa bulan kemudian ibu saya menyusul ayah. Ayah saya meninggal di bulan Desember, ibu menyusul beberapa bulan kemudian di bulan Maret. Praktis tahun itu kami tidak bisa menikah karena kepercayaan yang tidak menyarankan pernikahan di tahun yang sama dengan kematian orang tua.
***
Usia saya 57 tahun ketika saya menikahi Yin. Dia masih muda, belum 50 tahun, terpaut 8 tahun dibanding saya. Sejak hari itu, kami seperti pangeran dan putri karangan HC Andersen, live happily ever after. Saya sangat mencintainya, setiap hari seperti pacaran tanpa ada habisnya, inilah true love, cinta sejati kami. Puluhan tahun kami jatuh cinta tapi tidak bisa sama-sama. Kami selalu terkenang dengan semua kisah hidup kami  Sering kami masih komunikasi menggunakan email dan chat, karena Yin sedang di kamar mandi dan Phang di meja makan.



Pelajaran yang Bisa Kita Ambil Dari Angsa


Fakta 1:
Ketika setiap angsa mengepakkan sayap-sayapnya, kepakan itu menciptakan “daya dukung” bagi angsa di belakangnya. Terbang dengan membentuk formasi V, kawanan angsa mampu menempuh jarak terbang 71% lebih jauh dibanding jarak terbang yang ditempuh masing-masing angsa.
Pelajaran: Tim yang memiliki arah tujuan yang sama akan bisa mencapai tujuan mereka dengan lebih cepat dan lebih mudah karena setiap anggota tim akan saling mendukung dalam proses perjalanan mereka.

Fakta 2:
Ketika ada seekor angsa yang meninggalkan formasi, ia akan segera merasakan daya tarik udara yang besar dan sulit untuk terbang sendirian. Dengan cepat ia kembali masuk dalam formasi untuk mendapatkan daya dukung dari angsa yang berada di depannya.
Pelajaran: Hal yang sama juga bisa terjadi pada kita jika kita keluar dari formasi tim. Karena itu, kita tetap berada dalam formasi tim dan bergerak ke arah yang sama. Dengan begitu, kita bersedia menerima bantuan mereka dan memberi bantuan bagi anggota tim yang lain.

Fakta 3:
Ketika angsa yang memimpin merasa lelah, ia akan bertukar tempat dalam formasi terbang. Angsa yang lain akan menggantikan posisi terdepan itu.
Pelajaran: Kita perlu saling bergilir dalam mengemban tugas-tugas sulit dan tugas kepemimpinan. Seperti halnya angsa, manusia pun saling bergantung pada kemampuan masing-masing, keahlian dan bakat.

Fakta 4:
Angsa-angsa yang terbang dalam formasi ini akan mengeluarkan suara riuh-rendah guna menyemangati angsa-angsa di depan supaya menjaga kecepatan terbangnya.
Pelajaran: Kita harus memastikan kata-kata dan ucapan kita bersifat positif dan mendukung. Dalam tim yang saling mendukung, produktivitas yang dihasilkan juga akan semakin besar.

Fakta 5:
Jika seekor angsa menjadi sakit, terluka atau tertembak, dua angsa lainnya akan keluar dari formasi dan mengikuti angsa yang sakit itu guna membantu dan melindunginya. Kedua angsa itu akan tetap menemani sampai angsa yang sakit itu mati atau mampu terbang kembali. Lalu, mereka akan membentuk formasi baru atau menyusul kawanannya.
Pelajaran: Seperti halnya angsa, kita harus saling menopang satu sama lain baik dalam masa-masa sulit maupun masa-masa senang.


Sumber